Minggu, 04 November 2012


ASUHAN KEBIDANAN NY”M” DENGAN MIOMA UTERI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI
MAKASSAR TANGGAL 26 S.D
 30 AGUSTUS 2012

KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Slah Sebagai Satu Syarat Dalam menyelesaikan
Pendididkan Program Studi DIII Kebidanan
Stikes Nani Hasanuddin Makassar

OLEH :
MASMUNI WAHDA AISYA
NH.04.09.123

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

 
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau uterine fibroid dalam istilah kedokterannya. Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadiannya lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. (Dokterku online, 19 Maret 2012, Novie Hediyani, diakses tanggal 27 Agustus 2012)
Berdasarkan penelitian World health organisation (WHO) penyebab angka kematian ibu karna mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 (1,95 %)  kasus dan tahun 2011 sebanyak 21 (2,04 %) kasus. (Penelitian who, 2010 diakses tanggal 13 Juli 2012)
1
Berdasarkan otopsi novak menemukan 27 % wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menars. Setelah menopause hanya kira – kira 10 % mioma yang masih bertumbuh.Di indonesia mioma uteri  ditemukan 2,39 – 11,7 % pada semua penderita ginekologi yang dirawat. (Winkjosastro,H 2009  hal 338)
 Di Indonesia pada tahun 2011 kasus mioma uteri di temukan sebesar 2,39 -11,7% pada semua pasien kebidanan yang di rawat. Mioma 3-9 kali lipat lebih sering pada wanita kulit hitam dibandingkan wanita kulit putih. Data statistik menunjukkan 60% mioma uteri terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau hamil hanya satu kali. (Dokterku online, 19 Maret 2012, Novie Handayani, diakses tanggal 27 Agustus 2012)
Berdasarkan  profil kesehatan sulawesi selatan 2010 angka kejadian mioma uteri sebanyak 6 (11,5 %) Penderita. dari umur 25 – 44 tahun sebanyak 167 (67,1 %) kasus. penderita dari umur 45 – 64 tahun sebanyak  64 (25,7 %), pada umur 65 tahun meningkat sebanyak 3 (1,2 %) penderita ( dinkespenelitian,2010 diakses tanggal 20 Agustus 2012  )
Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record di Rumah Sakit umum Haji  Makassar periode 2011 / 2012 sebanyak 14 penderita mioma uteri, yaitu umur 25-44 tahun sebanyak 13 orang (93%), umur 45-64 tahun sebanyak 1 orang (7%).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik akan membahas secara spesifik mengenai masalah ini dengan menggunakan metode pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny.”M” Dengan Mioma uteri Di Rumah Sakit umum daerah Haji Makassar Tanggal 26 s.d 30 Agustus 2012 .
B.   Ruang Lingkup Penulisan
Adapun ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah meliputi: “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. “M” dengan Mioma uteri Di Rumah Sakit umum daerah Haji Makassar Tanggal 26  s.d 30 Agustus 2012”.
C.   Tujuan Penulisan
  1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny.”M” Dengan Mioma uteri Di Rumah Sakit  umum daerah Haji Makassar Tanggal 26 s.d  30 Agustus 2012 dengan penerapan manajemen asuhan kebidanan sesuai wewenang bidan.
  1. Tujuan Khusus
a.    Mengidentifikasi analisis data dasar pada Ny.”M” dengan Mioma uteri tanggal 26 s.d 30 Agustus 2012 di Rumah Sakit umum daerah Haji Makassar.
b.    Mengidentifikasi diagnosa/ masalah aktual pada Ny.”M” Dengan Mioma uteri tanggal 26 s.d 30 Agustus 2012 di Rumah Sakit umum daerah Haji Makassar.
c.    Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial pada Ny.”M” Dengan Mioma uteri tanggal 26 s.d 30 Agustus 2012 di Rumah Sakit umum daerah Haji Makassar.
d.    Mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada Ny.”M” dengan Mioma uteri tanggal 26 s.d 30  Agustus 2012 di Rumah Sakit umum daerah Haji Makassar.
e.    Melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny.”M” dengan Mioma uteri tanggal 26 s.d 30 Agustus 2012 di Rumah Sakit umum daerah Haji Makassar .
f.     Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada Ny.”M” dengan Mioma uteri tanggal 26 s.d 30 Agustus 2012 di Rumah sakit Umum daerah Haji Makassar
g.    Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny.”M” dengan Mioma uteri tanggal 26 s.d 30 Agustus 2012 di Rumah Sakit umum daerah Haji Makassar.
3.    Mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang telah diberikan pada Ny.”M” dengan Mioma uteri tanggal 26 s.d 30 Agustus 2012 di Rumah Sakit umum daerah Haji Makassar .




D.   Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan pada kasus tersebut diatas adalah :
1.    sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir dijenjang pendidikan D III kebidanan Stikes Nani Hasanuddin Makassar.
2.    Sebagai bahan masukan bagi rekan-rekan mahasiswa program D III Kebidanan STIKES Nani Hasanuddin Makassar dalam melaksanakan  asuhan kebidanan.
3.    Merupakan konstribusi pemikiran dalam proses penerapan ilmu pengetahuan dan meningkatkan keterampilan khususnya dalam menerapkan asuhan kebidanan pada penderita mioma uteri.
E.   Metode Penulisan
Dalam menyusun karya tulis ini, metode yang digunakan adalah :
1.    Studi Kepustakaan
Mempelajari buku-buku dan literatur-literatur, mengambil data dari   internet, membaca buku yang berkaitan dengan Mioma Uteri.
2.    Studi Kasus
Dengan menggunakan metode pendekatan masalah dalam asuhan kebidanan yang meliputi pengkajian dan analisa data, menetapkan diagnosa/masalah aktual dan potensial, mengidentifikasi tindakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu dengan Mioma Uteri serta mendokumentasikan.
Untuk menghimpun data/ informasi dalam pengkajian menggunakan teknik :
a.    Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan klien dan keluarganya, bidan dokter di ruang ginekologi Rumah Sakit Haji umum daerah Makassar guna mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien tersebut.
b.    Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien mulai dari kepala sampai kaki dengan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh data objektif.
c.    Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial meliputi status emosional, respon terhadap kondisi yang dialami serta pola interaksi klien terhadap keluarga, petugas kesehatan dan lingkungannya serta pengetahuan tentang nilai kesehatannya.
3.    Studi Dokumentasi
Studi ini dilakukan dengan mempelajari status klien yang bersumber dari catatan dokter/bidan serta diagnostik lainnya yang berkaitan dengan mioma uteri.
4.    Diskusi
Diskusi dengan tenaga kesehatan yaitu bidan atau dokter yang menangani langsung klien tersebut dan dosen pembimbing karya tulis ilmiah.
F.    Sistematika Penulisan
Adapun sistematika yang digunakan untuk menulis karya tulis ini terdiri dari :
BAB   I      PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
B.   Ruang Lingkup Pembahasan
C.   Tujuan Penulisan
D.   Manfaat Penulisan
E.   Metode Penulisan
F.   Sistematika Penulisan
BAB II       TINJAUAN PUSTAKA
A.   Tinjauan UmumTentang Mioma Uteri
1.       Definisi Mioma Uteri
2.       Etiologi
3.       Faktor Predisposisi
4.       Patologi Anatomi
5.       Perubahan pada mioma uteri
6.       Klasifikasi
7.       Gejala klinik mioma uteri
8.       Diagnosis
9.       Diagnosis Banding
10.   Komplikasi
11.   Penatalaksanaan Medik
12.   Perawatan Operasi
B.   Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
1.    Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
2.    Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan
C.   Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
BAB III      : STUDI KASUS
A.    Asuhan Kebidanan
1.     Identifikasi dan Analisa Data Dasar
2.    Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual
3.    Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial
4.    Identifikasi perlunya tindakan Segera/ Kolaborasi
5.    Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
6.    Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
7.    Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan
B.    Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

       BAB IV:   PEMBAHASAN      
Pada bab ini dibahas tentang kesenjangan antara teori dan praktek asuhan kebidanan pada Ny.”M” Dengan Mioma uteri tanggal 26 s.d 30 Agustus 2012 di Rumah Sakit umum daerah Haji Makassar
BAB V:       KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
B.    Saran
DAFTAR PUSTAKA
JADWAL PENELITIAN
LAMPIRAN













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Tinjauan Umum Tentang Mioma Uteri
1.  Definisi Mioma Uteri
a.    Mioma uteri  adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau uterine fibroid dalam istilah kedokterannya. Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. (Dokterku online, 19 Maret 2012, Novie Hediyani, diakses tanggal 27 Agustus 2012)
b.    Mioma merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalis. Mioma terdiri atas serabut – serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yang tipis. (LieweIIyn.j. 2002 Hal 263)
c.    Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, ataupun   fibroid. (Winkjosastro.H 2009, Hal 338).
d.    Mioma Uteri adalah tumor jinak pada otot rahim, disertai jaringan ikat sehingga dapat dalam bentuk padat, karena jaringan ikat dan otot rahimnya yang dominan (Manuaba I.B.G 2010 Hal 556).
10
                                                        
2.    Etiologi
Penyebab pasti dari mioma pada rahim masih belum diketahui secara jelas. Namun beberapa penelitian mengatakan bahwa mioma muncul dari satu sel ganas yang berada diantara otot polos dalam rahim. Selain itu adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma. Pertumbuhan dari mioma uteri di duga berkaitan dengan hormon estrogen. Mioma menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika pengeluaran estrogen maksimal dan dapat bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dimana saat itu kadar estrogennya sangat tinggi. Tidak didapatkan bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma namun diketahui bahwa estrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan mioma. (Artikel kesehatan, Zidane 6 april 2012  diakses tanggal 27 Agustus 2012)
Teori Mayer dan De Snoo mengajukan teori cell nest atau teori genitoblas. Percobaan Lipschurz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain di dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari pada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel inmatur, bukan dari selaput otot yang matur. (Winkjosastro,H 2009 Hal 338).
3.    Faktor Predisposisi Mioma Uteri (Makalah mioma uteri, Februari 2012, Emir Fakhruddin, diakses tanggal30 Agustus 2012)
a.    Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.Mioma menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi dimana saat itu kadar estrogen sangat tinggi. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun. Dan mengalami pengecilan pada saat menopause.
b.    Paritas
lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
c.    Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi.Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
d.    Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
4.    Patologi Anatomi  (Wiknjosastro, H 2009,Hal 338)
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya
1 – 3 %, sisanya dari korpus uterus.
Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai:
a.    Mioma submukosum : berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
b.    Mioma intramural : Mioma terdapat di dinding uterus, diantara serabut miometrium.
c.    Mioma subserosum : Apabila tumbuh keluar  dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip.
Gambar 01    : mioma uteri menurut letaknya
Sumber          :(artikel kesehatan, zidane 6 April 2012 diakses        tanggal 27 Agustus 2012)

5.    Perubahan Pada Mioma Uteri
Perubahan sekunder. (Manuaba I.B.G, 2010 Hal.601)
a.    Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
b.    Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada usia lanjut tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.
c.     Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruang-ruang yang tidak teratur, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.
d.    Degenerasi membatu
Terutama terjadi pada wanita usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
e.    Degenerasi merah (carneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai dengan emesis, sedikit demam, kesakitan tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
f.      Degenerasi lemak
Jarang terjadi merupakan degenerasi hialin. 
6.    Klasifikasi Mioma Uteri (Makalah mioma uteri, Februari 2012, Emir Fakhruddin, diakses tanggal30 Agustus 2012)
 Klasifikasi mioma uteri dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena :
a.    Lokasi    
1.)  Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
2.)  Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
3.)  Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
b.    Lapisan
Mioma Uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1)    Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri  hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Mioma ini dapat menyebabkan torsi jika pertumbuhannya semakin membesar.
2)    Mioma Uteri Intramural
Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol sehingga bentuk uterus bertambah besar dan berubah. Tidak memberikan dejala klinis yang berarti, kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.


3)    Mioma Uteri Submukosa
Terletak dibawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
7.    Gejala klinik mioma uteri (Manuaba I.B.G 2010)
Sebagian penyakit ini ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan panggul rutin. Gejala yang timbul tergantung pada lokasi dan besarnya tumor, yang paling sering ditemukan adalah :
a.    Perdarahan abnormal
1)    Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi,karena meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
2)    Gangguan kontraksi otot rahim
3)    Perdarahan berkepanjangan. Akibat pendarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
b. Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi  :
1)    Terasa berat di abdomen bagian bawah
2)    Sukar miksi atau defekasi
3)    Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf.
c.) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi :
1)    Kehamilan dapat mengalami keguguran
2)    Persalinan prematuritas
3)    Gangguan saat persalinan
4)    Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas
8.    Diagnosis
(Dokterku online, 19 Maret 2012, Novie Hediyani, diakses tanggal 27 Agustus 2012)
a.     Anamnesis:
Dari  anamnesis (proses tanya jawab dokter dan pasien) dapat ditemukan antara lain:
penderita seringkali mengeluh rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah, kadang mempunyai gangguan haid dan ada nyeri. 
b.    Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
1)    Pemeriksaan abdomen
Pada pemeriksaan abdomen uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan – perubahan degeneratif. Mioma lebih terpalpasi pada abdomen selama kehamilan. Perlunakan abdomen yang disertai nyeri dapat disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal dari ruptur vena pada permukaan tumor.
2)    Pemeriksaan Pelvis
Pada pemeriksaan pelvis serviks biasanya normal. Namun, pada keadaan tertentu, mioma submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks dan terlihat pada ostium servikalis. Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk nodul.
3)    Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis mioma uteri, sebagai berikut:
a)    Ultra sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat di deteksi dengan computerized Tomografi Scanning (CT) ataupun magnetic Resonance Image (MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.
b)    Foto bulk nier oversidth (BNO), intra vena pielografi (IVP) pemeriksaan ini penting untuk menilai massa dirongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
c)    Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.
d)    Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e)    Laboratorium : hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f)     Tes kehamilan adalah untuk tes hormon chorionic gonadotropin, karena bisa membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena kehamilan oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.
9.    Diagnosis Banding
(Winkjosastro.H 2009 Hal.344)
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan adalah:
a.    Tumor abdomen dibagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dalam kehamilan.
b.    Mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri
c.    Mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma,karsinoma korporis uteri atau sarkoma uteri.
10. Komplikasi mioma uteri
(Manuaba I.B.G 2010 Hal 601)
a.    Degenerasi ganas
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi    uterus yang telah di angkat. Kecurigaan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
b.    Torsi (putaran tungkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
c.    Nekrosis dan infeksi
Setelah torsi dapat diikuti infeksi dan nekrosis.
d.    Pengaruh timbal balik mioma uteri dan kehamilan.
1)    Menimbulkan infertility
2)    Meningkatkan kemungkinan abortus
3)    Saat kehamilan :Persalina prematuritas dan kelainan letak
4)    Inpartu : Inersia uteri dan gangguan jalan persalinan
5)    Pasca partum : Perdarahan post partum dan retensio plasenta

11. Penatalaksanaan Medik
(Makalah mioma uteri, Februari 2012, Emir Fakhruddin, diakses tanggal30 Agustus 2012)
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan ukuran tumor, dan terbagi atas
a.    Penanganan konservatif,
bila  mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala.
Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
1)    Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2)    Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
3)    Pemberian zat besi.
4)    Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. 
5)    Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah. 
6)    Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin dilaporkan mempunyai efek terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat dengan pemberian progestin dan levonorgestrol intrauterin.
b. Penanganan operatif, bila :
1)     Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
2)     Pertumbuhan tumor cepat.
3)     Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
4)     Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
5)     Hipermenorea pada mioma submukosa.
6)     Penekanan pada organ sekitarnya.
7)     Jenis operasi yang dilakukan :
a)  Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan uterus. Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak. 
b)    Laparaskopi
Satu atau beberapa mioma diangkat menggunakan tehnik    laparaskopi atau endoskopi. Laparaskopi dilakukan dengan cara insisi kecil pada dinding abdomen dan memasukkan laparaskop ke dalamnya.
c)    Histerektomi
Histerektomi adalah pengambilan sarang mioma disertai pengangkatan uterus. Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi
d)    Penanganan Radioterapi
                                (1)        Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
                                (2)        Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
                                (3)        Bukan jenis submukosa
                                (4)        Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
                                (5)        Tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat menyebabkan menopause. Maksud dari radioterapi ialah untuk menghentikan perdarahan
12. Perawatan operasi
(Uliyah M. 2008 Hal 237 – 239) 
a.    Persiapan Pre operasi
Pada malam hari sebelum operasi penderita diberi makanan yang mudah dicernakan, dan sekurang-kurangnya 8 jam sebelumnya ia tidak diizinkan makan dan minum lagi. Supaya pada malam itu klien bisa tidur dengan baik,.Sebelum operasi penderita perlu diberi klisma untuk mengosongkan usus besar dan mengosongkan kandung kemih. Pemberian pramedikasi diatur oleh ahli anastesi.
Tanggung jawab untuk anastesi, kecuali untuk operasi kecil yang dilakukan dengan dengan anastesi local, adalah dalam tangan ahli anastesi. Hal ini meringankan beban pembedah, sehingga ia dapat memusatkan seluruh perhatian kepada operasinya. Dengan miomektomi, terutama diadakan sayatan yang cukup panjang dan penderita berbaring dalam letak Trendelenburg, medan operasi dapat dilihat dengan baik. Seorang yang melakukan operasi harus sanggup menangani perlukaan pada usus, kandung kemih, dan ureter.
a.    Perawatan Post operasi
1)   Perawatan luka insisi/ pasca operasi
Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain
a)     Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca operasi.
b)     Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari selama masa pasca operasi sampai ibu diperbolehkan pulang/dirujuk.
c)     Luka mengeluarkan eksudat cair atau tembus ke pakaian, pembalutan luka harus diulang sebab bila tidak kemungkinan luka terbuka.
d)     Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang digunakan harus yang sesuai dan tidak lengket.
e)     Pembalutan dilakukan dengan tekhnik aseptik.
2)   Pemberian cairan (Mochtar, R, 1998. Hal 155)
Karena selama 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi (PPO), maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi hipertermia, dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ lainnya.
Cairan yang diperlukan biasanya dekstrose 5-10%, garam fisiologis dan ringer laktat (RL) secara bergantian. Jumlah tetesan tergantung pada keadaan dan kebutuhan, biasanya kira-kira 20 tetes permenit. Bila kadar hemoglobin darah rendah, berikan transfusi darah atau packed-cell sesuai dengan kebutuhan.
3)   Diet
             Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus, lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Sebenarnya pemberian sedikit minuman sudah boleh diberikan pada 6-10 jam pasca bedah berupa air putih atau air teh yang jumlahnya dapat dinaikkan pada hari pertama dan kedua pasca bedah.
Setelah cairan infus dihentikan, berikan makanan bubur saring (MI), minuman air, buah dan susu. Selanjutnya secara bertahap dibolehkan makan bubur (MII) dan akhirnya makanan biasa (MB). Sejak boleh minum pada hari pertama, obat-obatan sudah boleh diberikan peroral.
Pemberian makanan rutin tersebut di atas akan berubah bila dijumpai komplikasi pada saluran pencernaan seperti adanya kembung pada perut dan peristaltik usus yang kurang sempurnaan.
4)   Nyeri
                        Sejak penderita sadar, dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat diberikan obat-obatan antisakit dan penenang seperti suntikan intramuskuler (IM) pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morpin sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus atau obat-obatan lainnya. Dengan pemberian obat-obatan di atas penderita yang kurang tenang dan gelisah akan merasa lebih tenteram.
5)   Mobilisasi
Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan penderita. Kemajuan mobilisasi bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang dilakukan dan komplikasi yang mungkin dijumpai. Secara psikologis hal ini memberikan pula kepercayaaan pada klien bahwa dia mulai sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada penderita atau dan keluarganya yang menungguinya.
Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai 6-10 jam setelah penderita sadar. Latihan pernapasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang  sedini mungkin setelah sadar. Pada hari kedua penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk untuk bernapas dalam-dalam lalu menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernapasan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri penderita bahwa ia mulai pulih. Kemudian posisi tidur telentang dirubah menjadi setengah duduk (posisi semi fowler).
Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 pasca operasi.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli. Sebaliknya bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan.
6)    Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada penderita dan menyebabkan perdarahan. Karena itu dianjurkan pemasangan kateter tetap (balon kateter) yang terpasang 24 sampai 48 jam atau lebih lama lagi, tergantung jenis operasi dan keadaan penderita. Dengan cara ini urin dapat ditampung dan diukur dalam kantong plastik secara periodik. Bila tidak dipasangi kateter yang tetap, dianjurkan untuk melakukan kateterisasi rutin kira-kira 12 jam pasca bedah kecuali bila penderita dapat berkemih sendiri sebanyak 100 cc.
7)   Pemberian Obat-obatan
a.    Antibiotik, kemoterapi dan antiinflamasi
Cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda di setiap institut, bahkan satu institut pun masing-masing dokter mempunyai cara dan pemilihan yang berlainan.



b.    Obat-obat pencegah perut kembung
Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar kerja saluran pencernaan dapat diberikan obat-obatan secara suntikan dan peroral.
c.    Obat-obatan lainnya
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan robaransia, obat anti inflamasi atau bahkan transfusi darah pada penderita yang anemis.
8)  Perawatan Rutin
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran adalah :  
a)     Tanda-tanda vital meliputi : Tekanan darah (TD), jumlah nadi permenit (N), frekuensi pernapasan permenit (P), suhu badan (S)
b)     Jumlah cairan yang masuk dan keluar (urine)
c)     Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi dan kasus.
9)  Konsultasi
Pada keadaan dan kasus tertentu, selain kerja sama dengan unit anestesi, kadangkala diperlukan konsultasi dengan disiplin lainnya.
Pada umumnya pengangkatan jahitan dilakukan pada hari ke-7 pasca operasi untuk sebagian dan diselesaikan pada hari ke-10.
c.  Komplikasi-komplikasi Pascaoperasi
Kompikasi-komplikasi yang mungkin timbul dalam masa ini ialah sebagai berikut :
1)    Syok
Peristiwa ini terjadi karena insufisisiensi akut dari sistem sirkulasi dengan akibat sel-sel jaringan tidak mendapat zat-zat makanan dan O2 dengan akibat terjadi kematian. Sebab-sebab syok antara lain hemoragi, sepsis, neurogenik, kardiogenik, atau kombinasi antara bebagai sebab tersebut. Gejala-gejalanya ialah nadi dan pernafasan meningkat, tensi menurun, oligouri, eksteremitas dan muka dingin.
2)    Hemoragi
Hemoragi dalam pascaoperasi timbul biasanya karena ikatan terlepas atau oleh karena usaha penghentian darah kurang sempurna.  
3)    Infeksi saluran kencing
Kemungkinan infeksi saluran kencing selalu ada, salah satu penyebabnya adalah kateterisasi. Gejalanya penderita panas dan sering kali menderita nyeri pada saat kencing, dan pemeriksaan air kencing (yang dikeluarkan dengan kateter) mengandung leukosit dalam kelompok. 
4)    Terbukanya luka operasi
Sebab-sebab terbukanya  luka jahitan operasi ialah luka tidak dijahit dengan sempurna, batuk atau muntah keras, infeksi. Jika hal-hal tersebut ditemukan, harus waspada terhadap kemungkinan terbukanya jahitan.
B.   Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
      (Simatupang E.J, 2006)
1.    Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa, pelaksanaan dan evaluasi.
2.    Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan
Proses Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu proses pemecahan masalah dalam kebidanan dengan menggunakan metode pengorganisasian alur pikir dan tindakan yang akan dilakukan dimana pemikiran atau tindakan tersebut bersifat logis, bukan saja oleh pelaksanaan kesehatan  akan tetapi juga oleh klien sebagai objek dari proses manajemen asuhan kebidanan tersebut.

a.    Mengidentifikasi Data Dasar
Identifikasi dan analisa data (pengkajian) pengumpulan data untuk menilai kondisi klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien, pemeriksaan panggul, pemeriksaan fisik, serta catatan tentang kesehatan lalu dan sekarang dan hasil pemeriksaan laboratorium.Semua data harus memberikan informasi yang saling berhubungan (relevan) dan menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya.
b.    Mengidentifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual
Menginterpretasikan data secara spesifik ke dalam suatu rumusan diagnosa kebidanan dan masalah. Kata diagnosa dan masalah digunakan kedua-duanya dan mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Problem tidak dapat didefinisikan sebagai suatu diagnosa tetapi memerlukan suatu pengembangan rencana keperawatan secara menyeluruh pada klien. Masalah lebih sering berhubungan dengan bagaimana klien menguraikan  keadaan yang ia rasakan, sedangkan diagnosa lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang difokuskan pada apa yang dialami oleh klien.
c.    Mengidentifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial
Dari kumpulan masalah dan  diagnosa, identifikasi faktor-faktor potensial yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.
d.    Mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi
Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan  klien.
e.    Melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan
Dikembangkan berdasarkan intervensi saat sekarang dan antisipasi diagnosa dan problem serta meliputi data-data tambahan setelah data dasar. Rencana tindakan komprehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling bila perlu mengenai ekonomi, agama, budaya, ataupun masalah psikologis. Rencana tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui  kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa secara teoritis.

f.     Implementasi Asuhan Kebidanan
Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerjasama dengan tim kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dan akan mengurangi waktu perawatan dan biaya perawatan serta akan meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan terhadap klien.
g.    Evaluasi Asuhan Kebidanan
Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan observasi terhadap masalah yang dihadapi klien, apakah masalah diatasi seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau mungkin timbul masalah baru.
Selain terhadap permasalahan klien, bidan juga harus mengenal apakah rencana yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan baik, apakah perlu disusun kembali rencana intervensi yang lain sehingga masalah dapat dipecahkan dengan tepat. Pada prinsipnya tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tercapainya rencana yang dilakukan.


3.    Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
(Simatupang E.J, 2006)
Metode empat pendokumentasian yang disebut SOAP ini dijadikan proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumentasikan hasil klien dalam rekaman medis klien sebagai catatan perkembangan kemajuan yaitu :
b.    Subjektif (S)
Apa yang dikatakan, disampaikan, dikeluhkan oleh klien.
c.    Objektif (O)
Apa yang dilihat dan diraba, dirasakan oleh bidan saat melakukan pemeriksaan, serta pemeriksaan laboratorium.
d.    Assesment (A)
Kesimpulan apa yang dibuat berdasarkan data subjektif dan objektif sebagai hasil pengambilan keputusan klinis terhadap klien tersebut.,
e.    Planning (P)
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai langkah V,VI dan VII Varney. (Simatupang, E.J.2006, hal,60-61)



BAB III
STUDI KASUS
            Bab ini membahas tentang asuhan kebidanan pada ny”M” dengan Mioma Uteri di Rumah Sakit umum daerah Haji Makassar tanggal 26 s.d 30 Agustus 2012 dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan.
A.   Asuhan Kebidanan
            No. Reg                                 : 126999
            Tgl. Masuk RS                     : 25 Agustus 2012, jam 12.30 Wita
            Tgl. Pengkajian                    : 26 Agustus 2012, jam 10.30 wita
I.      Identifikasi data dasar
a.    Identitas Ibu
            Nama                                     : Ny.”M
            Umur                         : 38 Tahun
            Nikah / Lama                        : 1 Kali / ± 2 bln
            Suku                         : Makassar
            Agama                       : Islam
            Pendidikan               : SMA
            Pekerjaan                  : Wiraswasta
Alamat                        : jl.Cenderawasih,baji bicara no.3

b.   

Keadaan sekarang
1.)  Keluhan Utama
a)    Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah sebelah kanan.
b)    Ibu merasakan nyeri bila haid
c)    Ibu mengeluh sukar miksi dan defekasi
d)    Ibu mengeluh susah tidur
2.)  Riwayat keluhan utama :
a)    Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah sebelah kanan dan mengalami masa haid yang lama dan banyak disertai pembesaran perut sejak bulan Maret 2012 hingga Agustus 2012 yang awalnya sebesar telur ayam semakin lama semakin membesar hingga sekarang sebesar telur ayam.
c.    Riwayat Kesehatan Lalu 
1.)  Ibu mempunyai riwayat operasi usus buntu
2.)  Ibu tidak ada riwayat Penyakit menular seksual (PMS)
3.)  Tidak pernah mengkonsumsi obat – obatan tanpa resep dokter
4.)  Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat – obatan
5.)  Ibu tidak menderita penyakit DM, Jantung, Ginjal dan asma.
d.    Riwayat Kesehatan Keluarga
            Tidak ada riwayat penyakit turunan
e.    Riwayat Reproduksi
1.)  Riwayat Haid
Menarche                 : Umur 13 tahun
Siklus                       : Tidak teratur
Lamanya                 : 8 – 10  hari
Dismenorhoe           : (+)
f.     Data psikososial ekonomi dan spiritual
1)    Ibu merasa cemas dengan keadaannya
2)    Klien menganggap bahwa operasi merupakan jalan keluar yang terbaik.
3)    Pengambil keputusan adalah orang tua dan kakak
4)    Biaya rumah sakit ditanggung oleh keluarga
5)    Ibu berserah diri pada Tuhan yang maha Esa
6)    Ibu selalu berdoa untuk kesembuhannya
g.    Riwayat Ginekologi
1)    Ibu tidak pernah mengalami tumor kandungan ataupun tumor payudara
2)    Ibu tidak pernah mengalami infeksi organ reproduksi.
3)    Ibu tidak pernah menderita penyakit kelamin seperti gonorhoe, kandiloma aquiminata dan sifilis.

h.    Riwayat Keluarga Berencana
Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB
i.      Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1.)  Kebutuhan Nutrisi
a.)  Pola makan                           : Teratur
b.)  Frekuensi makan                 : 3 x sehari.
c.)   Nafsu makan                                    : Baik
d.)  Jenis makanan                     : Nasi, lauk dan sayur
e.)  Minum                                                : ± 6-8 gelas/hari.
2.)  Kebutuhan Eliminasi
a.)  BAK : Tidak lancar
BAB :1x1, warna kuning, bau khas dan konsistensi   lunak.
3.)  Pola istirahat
a.)  Sulit tidur karena merasa sesak sebagai akibat pembesaran perut
4.)  Personal Hyegine 
a.)  Mandi : 2x sehari 
b.)  Mengganti pakaian dalam : 2x sehari
c.)   Menggosok gigi 2 kali sehari
d.)  Keramas 2 x seminggu

5.)  Pemeriksaan Fisik
a.)  Keadaan umum Baik
b.)  Kesadaran komposmentis
c.)   TTV : TD : 120/70 mmHg               P : 18 x/menit
N   : 92 x/menit                                  S : 36,50C
d.)  Kepala
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada daerah kepala,rambut nampak rontok,ekspresi wajah nampak cemas, konjungtiva merah muda, sklera putih,Bibir merah muda, tidak ada sariawan,caries (-) dan tidak terdapat serumen pada telinga.
e.)  Leher
Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan vena jugularis.
f.)    Payudara
Simetris kiri dan kanan dan tidak ada massa.
g.)  Abdomen
Terdapat luka bekas operasi ,nyeri tekan pada perut bagian bawah sebelah kanan serta teraba massa atau benjolan
h.)  Genetalia
Tampak pengeluaran bercak darah, tidak nampak varises dan tidak ada oedema.

i.)    Ekstremitas
Ekstremitas atas pada tangan kanan terpasang infus RL, botol ketiga, cairan ke empat,  20 tetes per menit pada jam 11.00, ekstremitas bawah simetris kiri dan kanan,tidak ada oedema dan varices
j.)    Data penunjang
a.)  Hb : 8,1  gr %
b.)  Pada pemeriksaan USG terdapat mioma dengan ukuran 3,7 x 3,4 x 4 cm
k.)   Pengobatan
Advice :
a)    Pemberian cairan infus RL dan dextrose 5% = 2:1 per 8 jam dengan jumlah tetesan  20 tetes/i
b)    Injeksi Ranitidin 1 amp/ 8 jam/ IV.
c)    Ketorolac 1 amp / 8 jam / IV
d)    Injeksi Cefotaxime 1 gr/ IV/ 12 jam
e)    Rencana operasi tanggal 27 Agustus 2012, jam 10.00 Wita.
2.     Identifikasi  Diagnosa Masalah Aktual
Diagnosa       : Mioma uteri dengan masalah kecemasan



a.    Mioma uteri
Data Subyektif :
a)    Ibu mengalami nyeri perut bagian bawah sebelah  kanan disertai pembesaran perut yang awalnya sebesar telur ayam dan sekarang sudah sebesar bola kasti dirasakan sejak  enam bulan yang lalu yaitu pada bulan Maret hingga Agustus 2012.  
b)    Ibu merasakan  nyeri haid
c)    Ibu mengeluh sukar miksi dan defekasi.
Data Obyektif
a)    Teraba massa atau benjolan
b)     Pada pemeriksaan USG tampak mioma uteri dengan Ukuran 3,7 x 3,3 x 4cm
            Analisis dan Interpretasi Data
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpang. Rasa nyeri pada kasus ini bukanlah gejala  yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada saran mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan dan pertumbuhan mioma submukosum yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenorhoe. (Winkjosastro.H 2009, HAL  314 dan 318)
a.    Masalah kecemasan
DS        : Ibu cemas dengan penyakit yang dideritanya.
DO        : Ekspresi wajah tampak cemas dan meringis
Analisa dan Interpretasi data
Gangguan cemas yang menyeluruh menyebabkan suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati, disertai dengan beragam gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial. Pasien umumnya merasa posisinya lebih rendah dihadapan dokter atau petugas kesehatan sehingga mereka takut untuk mengungkapkan ataupun bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang diberikan. Sehingga hal ini bisa menyebabkan kecemasan pada pasien karena kurangnya informasi dan pengetahuan yang diketahui tentang penyakitnya.(Mansjoer.A 2000 Hal 207)
3. Identifikasi diagnosa masalah potensial
          Tidak ada data yang menunjang.
            4. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi
Tidak ada data yang mendukung
            5. Rencana  Asuhan kebidanan
a.   Tujuan
1)  Mioma uteri dapat teratasi


Kriteria
1)  Mioma sudah diangkat
2)  Tidak teraba massa
3)  Tidak ada nyeri tekan
4)  Tidak ada tanda – tanda infeksi seperti merah, bengkak dan panas
2)    Kecemasan dapat teratasi
               Kriteria
1)    Ekspresi ibu tidak cemas dan tidak meringis
2)    Ibu merasa tenang
b.    Rencana Asuhan
1.) Jelaskan pada ibu tentang keadaannya
Rasional      : agar ibu dan keluarga dapat mengerti dengan keadaan yang dialaminya saat ini
2.) Lakukan informed chooise
Rasional      : Agar ibu dapat memilih tindakan yang tepat untuk dirinya
3.) Lakukan informed consent
Rasional      : Dengan persetujuan yang diberikan klien   dan keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap klien tersebut maka pelayanan yang diberikan akan sesuai dengan standar.
4.) Berikan dukungan moril dan spiritual pada ibu dan keluarga
Rasional      : Agar ibu tetap optimis dalam menghadapi penyakitnya
5.) Lanjutkan pemberian infus RL botol keempat cairan kelima 20 tetes per menit.
Rasional      : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
6.) Lanjutkan pemberian cefotaxime 1 gr IV/12 jam
Rasional      : Antibiotik untuk mencegah infeksi
7.) Lanjutkan pemberian  ranitidine 1 amp /IV/8 jam
Rasional      : Untuk penekanan asam lambung serta mencegah mual dan muntah
8.) Lanjutkan pemberian ketorolac 1 amp/IV/8 jam
Rasional      : Analgetik untuk mengurangi rasa nyeri
9.)  Jelaskan penyebab nyeri
Rasional     : Dengan penjelasan tentang nyeri ibu dapat memahami dan mengerti nyeri yang dirasakan.
10.)    Anjurkan ibu untuk istirahat
Rasional      : Dengan istirahat yang maksimal akan mengembalikan stabilitas tubuh dengan demikian ibu akan merasa lebih tenang.
11.)    Berikan ibu health education mengenai gizi seimbang
Rasional      : Agar stabilitas ibu dapat terjaga dan tidak mudah untuk terkena infeksi
12.)             Anjurkan ibu untuk berpuasa 8 jam sebelum operasi yaitu pada jam 03.00 sampai jam 10.00 wita
Rasional      : Agar peristaltik usus tidak terganggu dan obat yang diberikan dapat berfungsi dengan baik dan perut  tidak menjadi kembung.  
6.  Penatalaksanaan asuhan kebidanan
  Tanggal 26 Agustus 2012 jam 10.45 wita
a.    Menjelaskan pada ibu tentang keadaan penyakit yang dideritanya.
Ibu dan keluarganya mengetahui keadaaan ibu
b.    Melakukan informed chooise
Ibu menganggap bahwa operasi merupakan solusi terbaik
c.    Melakukan informed consent
Ibu dan keluarga mengetahui keutungan dan kerugian operasi dan menyetujui dan bersedia tanda tangan tindakan yang akan dilakukan
d.    Memberikan dukungan moril  pada ibu dan keluarga
Agar ibu dan keluarga lebih optimis dalam menghadapi penyakitnya.
e.    Melanjutkan pemberian cairan infus RL botol keempat  cairan kelima 20 tetes per menit
Jam 21.00 mengganti botol keempat cairan kelima 20 tetes per menit.
f.    Melanjutkan pemberian cefotaxime 1 gr IV/12 jam
Jam 13.20 wita, ibu diberikan injeksi cefotaxime
g.   Melanjutkan pemberian  ranitidine 1 amp /IV/8 jam
Jam 13.30 wita, ibu diberikan injeksi ranitidine 1amp IV
h.  Melanjutkan pemberian ketorolac 1 amp/IV/8 jam
Jam 13.40 wita, ibu diberikan injeksi ketorolac 1 ampIV
i.    Memberikan ibu health education (HE) mengenai gizi seimbang.
Ibu bersedia untuk melakukan
j.      Menganjurkan  ibu untuk berpuasa 8 jam sebelum operasi yaitu pada jam 02.00 sampai 10.00 Wita
Ibu bersedia melakukan.
k.    Menjelaskan penyebab nyeri
Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan
l.      Menganjurkan ibu untuk beristirahat
Ibu bersedia melakukan


7.    Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan
       Tanggal 26 Agustus 2012
a.    Ibu mengerti dengan keadaan yang dialaminya saat ini
b.    Ibu bersedia untuk dioperasi
c.    Ibu merasa lebih optimis dalam menghadapi penyakitnya
d.    Ibu bersedia berpuasa
e.    Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan.
B.   Pendokumentasian  Asuhan Kebidanan
1 . Tanggal 26 Agustus 2012
No. Reg                                 : 126999
Tgl. Masuk RS                     : 25 agustus 2012, jam 12.30 wita
Tgl. Pengkajian                    : 26 Agustus  2012, jam 09. 00 wita
Tgl. Operasi                           : 27 Agustus 2012, jam 10. 30 wita
Subjektif
a.    Identitas Ibu/Suami
Nama                           : Ny.”M
Umur                            : 38 Tahun
Nikah / Lama              : 1 Kali ± 2 bln
Suku                            : Makassar
Agama                         : Islam
Pendidikan                 : SMA

Pekerjaan                   : Wiraswasta
Alamat                         :Jl.Cenderawasih / Baji bicara no.34
b.    Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah sebelah kanan dan mengalami masa haid yang lama dan banyak disertai pembesaran perut awalnya sebesar telur ayam semakin lama semakin membesar dan sekarang sudah sebesar bola kasti  dirasakan sejak 6 bulan yang lalu yaitu pada bulan Maret sampai Agustus  2012
c.    Ibu mengeluh  susah tidur
d.    Sifat nyeri hilang timbul
e.    Ibu mengeluh sukar miksi dan defekasi
f.     Nampak cemas dan takut dengan keadaannya
Objektif (O)
a.    Keadaan umum ibu lemah
b.    Kesadaran komposmentis
c.    Ekspresi wajah ibu tampak cemas dan meringis
d.    Ibu tidak memiliki riwayat penyakit DM, Jantung ginjal dan asma
e.    TTV :
TD       : 130 / 90 Mmhg        P         : 24 x /i
N         : 80 x /i                        S         : 36,5 °c

f.      Kepala
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada daerah kepala,rambut nampak rontok,ekspresi wajah nampak cemas, konjungtiva merah muda, sklera putih,Bibir merah muda, tidak ada sariawan,caries (-) dan tidak terdapat serumen pada telinga.
g.    Leher
Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan vena jugularis.
h.    Payudara
Simetris kiri dan kanan,tidak terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekan.
i.      Abdomen
Terdapat  luka bekas operasi,teraba massa atau benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
j.      Ekstremitas
Ekstremitas atas pada tangan kanan terpasang infus RL botol ketiga cairan keempat, 20 tetes per menit, ekstremitas bawah tidak ada oedema dan varices.
k.   Pemeriksaan penunjang
Darah
  Hb                                : 8,1 gr%
 Pemeriksaan USG      :Mioma uteri dengan ukuran  3,7x3,3x4
l.      Pengobatan
Advice         :
1.)  Pemberian cairan infus RL dan dextrose 5% = 2:1 per 8 jam dengan jumlah tetesan  20 tetes/i
2.)  Injeksi Ranitidin 1 amp/ 8 jam/ IV.
3.)  Ketorolac 1 amp / 8 jam / IV
4.)  Injeksi Cefotaxime 1 gr/ IV/ 12 jam
5.)  Rencana operasi tanggal 27 Agustus 2012, jam 10.00 Wita
Assesment (A)
Pre operasi mioma uteri  dengan masalah kecemasan
Planning (P)
1.    Menjelaskan pada ibu tentang keadaan penyakit yang  dideritanya.
Ibu dan keluarga mengetahui keadaaan yang dialaminya saat ini
2.    Melakukan informed chooise
Ibu dan keluarga menganggap bahwa operasi merupakan   solusi yang terbaik
3.    Melakukan informed consent
Ibu dan keluarga mengetahui keutungan dan kerugian operasi dan menyetujui dan bersedia tanda tangan tindakan yang akan dilakukan
4.    Memberikan dukungan moril  pada ibu dan keluarga
Agar ibu mendapat dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan
5.    Melanjutkan pemberian cairan infus RL botol keempat  cairan kelima 20 tetes per menit
Jam 21.00 mengganti botol kelima cairan pertama 20 tetes per menit
6.   Jam 13.20 wita,diberikan injeksi cefotaxime 1gr/IV/12 jam
7.   Jam 13.30 wita, diberikan injeksi ranitidine 1amp IV/8 jam
8.   Jam 13.40 wita, ibu diberikan injeksi ketorolac 1ampIV/8 jam.
9.    Memberikan ibu health education mengenai gizi seimbang
Agar stabilitas ibu dapat terjaga dan tidak mudah untuk terkena infeksi.
10. Menganjurkan  ibu untuk berpuasa  8 jam sebelum
  operasi yaitu pada jam 02.00 sampai jam 10.00 Wita
  Ibu bersedia melakukan
11. Menjelaskan penyebab nyeri
   Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan
12. Menganjurkan ibu untuk beristrahat

2.    Tanggal  27 Agustus 2012
Subjektif (S)
a.    Ibu tidur nyenyak
b.    Ibu merasa takut menghadapi operasinya.
c.    Ibu sedang berpuasa
d.    Keluarga sudah menandatangani surat persetujuan operasi
Obyektif (O)
1.    Terpasang infus dextrose 5 % botol kedua cairan keenam 20 tetes per menit
2.    Ibu rencana operasi jam 10.00 wita
3.    Kesadaran kompesmentis
4.    TTV
   TD    : 120/90 mmhg
               N      : 80x / menit
     S       : 36,7ºC
     P       : 22 x /menit
Assasment (A)
mioma uteri disertai dengan masalah kecemasan



Planning (P)
a.    Melanjutkan pemberian infus RL botol kelima cairan ketujuh dengan jumlah 20 tetes per menit. Jam 13.00 wita
b.    Jam 09.30 wita.memasang kateter
c.    Memberikan dukungan psikologis kepada ibu dalam menghadapi operasi yang telah direncanakan.
d.    Jam 21.30 wita, ibu diberikan injeksi ranitidine 1 amp/IV/8 jam
e.    Jam 01.20 wita, diberikan injeksi cefotaxime 1 gr IV/12 jam
f.     Jam 21.40 wita , diberikan injeksi ketorolac 1 amp IV/8 jam
g.    Menanyakan pada ibu tentang kesiapan menjalani operasinya. Ibu sudah siap untuk menjalani operasi.
h.    Mengobservasi jumlah perdarahan. Jumlah perdarahan ± 500 cc.
i.      Menganjurkan ibu untuk minum 6 – 8 jam setelah operasi
j.      Mengobservasi tanda – tanda vital pada jam 09.50
TD   : 120 / 90                    P         : 22 x / i
N      : 80 x /i                        S         : 36,7 °c
k.    Jam 09.55 Wita. Mendorong pasien ke kamar operasi
3.    Tanggal 28 Agustus 2012
Subyektif (S)
a.    Ibu mengeluh nyeri luka bekas operasi
b.    Ibu sudah platus tapi belum BAB
c.    Ibu merasa cemas dengan keadaannya.
Obyektif (O)
a.    Operasi dilakukan tanggal 27 Agustus 2012 jam 10.30 Wita dan ditemukan jenis mioma submukosum yang berada dibawah endometrium. Operasi selesai  jam 11.30 wita.
b.    Tampak luka jahitan operasi pada perut bagian bawah sebelah kanan.
c.    Keadaan umum ibu masih nampak lemah
d.    Ekspresi wajah ibu meringis saat bergerak
e.    Jam 18.00 wita ibu sudah minum air mineral
f.     Tanda-tanda vital
TD        : 120/90 mmhg          P         : 20 x / i
N           : 80x/menit                 S         : 36,5 °c
Assasment (A)
Post Op Mioma uteri hari ke I dengan nyeri luka bekas operasi
Planning (P)
1.    Menjelaskan ibu tentang keadaannya sekarang
2.    Mengobsevasi jumlah urine. Jumlah urine 200 cc
3.    Jam 05.30 wita. Melanjutkan injeksi ranitidine 1 amp/IV/8 jam
4.    Jam 05.40 wita. Melanjutkan injeksi ketorolac 1 amp/IV/8jam
5.    Jam 01.20 wita.melanjutkan injeksi cefotaxime/1gr/IV/12 jam
6.    Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital :
TD        : 120/80 mmHg         P  : 24 x /menit.
            N         : 82 x /menit.  S  : 36,50C
7.    Menjelaskan penyebab nyeri yaitu karena terputusnya kontuinitas jaringan kulit otot dan serabut saraf akibat dari regangan otot abdomen yang berlebihan saay operasi. Dengan adanya luka ini maka dapat meransang ujung-ujung saraf sehingga timbul rasa nyeri.
8.    Melanjutkan pemberian infus RL botol keenam cairan kedelapan dengan jumlah 20 tetes per menit pada jam 21.00 Wita.
9.    Mengobservasi keadaan luka operasi : luka operasi masih basah.
10. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu miring kekiri dan kekanan.Dan ibu sudah mulai miring kanan dan miring kiri.
Tanggal 29 Agustus 2012
            Subyektif (S)
1.    Ibu merasa keadaannya sudah lebih baik pada hari kemarin
2.    Ibu sudah  BAB
3.    Ibu masih merasa nyeri pada daerah bekas operasi dan perut bagian bawah bila bergerak
Obyektif (O)
1.    Luka bekas operasi masih basah.
2.    Ekspresi wajah ibu meringis saat bergerak
3.    Kesadaran komposmentis
4.    Jam 20.00 wita.Kateter sudah di aff
5.    Jam 19.00 wita.Infus sudah di aff
6.    Nyeri tekan pada luka bekas operasi
7.    Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmhg
N   : 80x/menit
S   : 36,5ºC
P   : 22x /menit
Assasment (A)
Post Op hari ke II dengan nyeri daerah bekas operasi.
Planning (P)
a.    Mengganti perban luka bekas operasi jam 09.00 Wita
b.    Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini dan ibu berjalan-jalan disekitar tempat tidurnya.
c.    Mengingatkan ibu untuk mengkomsumsi makanan yang bergizi.
d.    Memberikan obat – obatan jam 10.00 Wita
1)    Asam Mefenamat 500 gram 3 x 1
2)    SF  1x1
3)    Cefadroxil 500 gram , anjuran 2x1  


4.    Tanggal 30 Agustus 2012
Subjektif (S)
a.    Ibu merasakan kondisinya sudah membaik
b.    Ibu sudah BAB
c.    nyeri bekas luka operasi sudah  berkurang
 Objektif (O)
a.    Ekspresi wajah ceria
b.    Luka operasi mulai kering
c.    Nyeri tekan luka operasi mulai berkurang
d.    Tanda-tandsa vital
TD    : 110/80 mmHg
N      : 88 x /menit
P      : 20 x /menit
S      : 36,2oC
Assesment (A)
Post operasi hari ketiga, nyeri luka operasi berkurang, potensial terjadi luka operasi.




Planning (P)
a.    Memberikan motivasi pada klien untuk memenuhi sendiri kebutuhannya.
b.    Memberikan penjelasan tentang pentingnya pergerakan (mobilisasi dini) dalam proses penyembuhan.
c.    Mengobservasi tanda-tanda vital
a.    TD : 100/80 mmHg
b.    N   : 64 x/menit
c.    P    : 20 x/menit
d.    S    : 36,7oC
d.    Mengganti perban luka operasi jam 10.00 Wita
e.    Memberi dukungan moril kepada ibu bahwa perlahan ibu mulai pulih dan ibu merasa senang dengan keadaannya yang sudah berangsur membaik.
f.     Keadaan umum baik dan Ibu dianjurkan pulang, pemberian obat-obatan dilanjutkan dengan obat oral dirumah seperti  Cefotaxime 3x1, Antasida 5 mg 3x1, Metronidasole 500mg 3x1, Novalgin 500 mg 3x1, dan Pervita 1x1.
g.    Memberikan ibu health education sebelum pulang kerumah antara lain :
1)    Gizi seimbang
2)    Istirahat yang cukup
3)    Personal hygiene
h.    Memberitahu ibu untuk datang I minggu kemudian untuk melakukan check up













BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus pada pelaksanaan manajemen asuhan pada Ny.”M” Dengan Mioma uteri tanggal 26 s.d 30 Agustus 2012 di Rumah sakit Haji Makassar. Pembahasan ini disusun berdasarkan teori / konsep asuhan kebidanan mioma uteri dengan pendekatan proses manajemen yang selanjutnya didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
59
Pengkajian yang dilakukan pada kasus Ny”M”  ditemukan tanda dan gejala  dimana ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah sebelah kanan dan mengalami masa haid yang lama dan banyak disertai pembesaran perut yang awalnya sebesar telur ayam dan sekarang sudah sebesar bola kasti dirasakan sejak enam bulan yang lalu yaitu pada bulan Maret hingga Agustus 2012 keadaan umum lemah, kesadaran komposmentis, TD 120/70 Mmhg, Nadi 92 x /menit, Pernapasan 18 x /menit, suhu 36,5 °c, Hb 8,1 gr %, pada palpasi abdomen teraba massa atau benjolan dan pada pemeriksaan USG tampak mioma uteri dengan ukuran 3,7 x 3,4 x 4 cm dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ny”M” mengalami gangguan saluran reproduksi yaitu mioma uteri.
Asuhan yang diberikan sebelum operasi adalah memberikan informed chooise dan consent untuk persetujuan ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan serta memberikan dukungan moril agar ibu tetap optimis dalam mengahadapi penyakit yang dideritanya. Memasangkan infus dimana pemberian cairan RL dan dextrose 5 % secara bergantian (2 : 1 ) dimana jumlah tetesan yaitu 20 tetes per menit, memasangkan kateter, observasi tanda – tanda vital (TD 120/70 Mmhg, Nadi 92 x /menit, Pernapasan 18 x /menit, suhu 36,5 °c). Menganjurkan pada ibu berpuasa 8 jam sebelum operasi. Diberikan obat analgetik dan antibiotik sesuai dengan advice dokter yaitu injeksi ranitidine 1 amp IV/ 12 jam, cefotaxime 1 gr /IV 12 jam dan ketorolac 1amp / IV 8 jam
Adapun Asuhan yang diberikan pada ny”M” pasca operasi yaitu perawatan luka operasi yaitu penggantian perban pada luka  operasi. Pemberian cairan infus RL dan dextrose 5 % secara bergantian (2:1) dimana jumlah tetesan 20 tetes per menit, observasi tanda- tanda vital (TD            : 120/80 Mmhg, N : 64 x/i, P : 20 x /i,  S : 36,7 °c), penatalaksanaan pemberian obat  inj.metronidazole inf / 8 jam /IV, inj.kalnex 1 amp / 8 jam, inj.ranitidine 1 amp / 8 jam, inj.cefotaxime 1 gr /12 jam, inj.ketorolac 1 amp / 8 jam, adapun penambahan obat oral sesuai advice dokter : asam mefenamat dosis 500 gram 3 x 1, SF 1 x 1 dan cefadroxil dosis 500 gram 2 x 1 yang dikonsumsi selama 7 hari setelah operasi.
Operasi dilakukan jam 10.30 wita sesuai dengan prosedur dan terlaksana dengan baik, tidak ada hambatan seperti perdarahan. selesai jam 11.30 wita. Ditemukan jenis mioma submukosum berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Pengkajian yang dilakukan pada ny”M” terdapat kesamaan antara tinjauan pustaka dan kasus. Teori menurut (LieweIIyn.j. 2002 Hal 263) Mioma merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalis. Mioma terdiri atas serabut – serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yang tipis. . Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Menurut (Manuaba I.B.G 2010) adapun gejala klinis mioma uteri adalah: a) Perdarahan tidak normal seperti hipermenorea  (perdarahan banyak saat menstruas)i atau perdarahan yang berkepanjangan yang menyebabkan penderita dapat mengeluh merasa cepat lelah, pusing bahkan sangat mudah untuk terkena infeksi, b) penekanan rahim  membesar sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat disebabkan karena tertekannya urat-urat saraf. Pada pemeriksaan palpasi abdomen teraba massa atau benjolan,tumor teraba sebagai nodul irreguler dan tetap, area perlunakan memberi  kesan adanya perubahan – perubahan degeneratif.
Berdasarkan studi kasus Ny.”M” dengan mioma uteri tidak ditemukan adanya hal-hal yang menyimpang antara  tinjauan pustaka dan kasus yang ada. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus Ny.”M” secara garis besar tidak ditemukan adanya kesenjangan.



















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah penulis mempelajari teori mengenai mioma uteri dan pengalaman langsung dari lahan praktek melalui studi kasus ny”M” di Rumah sakit umum daerah Haji Makassar serta membandingkan antara teori dan praktek yang telah dilaksanakan, maka pada bab ini penulis dapat menarik kesimpulan dan saran yaitu:
A.   Kesimpulan
1.    Ny”M” mengalami gangguan sistem reproduksi yaitu mioma uteri dengan mengeluh nyeri perut bagian bawah sebelah kanan dan mengalami masa haid yang lama dan banyak disertai pembesaran perut yang awalnya sebesar telur ayam dan sekarang sudah sebesar bola kasti dirasakan sejak enam bulan yang lalu yaitu pada bulan Maret hingga Agustus 2012.Data dari hasil pemeriksaan, pada palpasi abdomen teraba massa atau benjolan,tumor teraba sebagai nodul irreguler dan tetap, area perlunakan memberi  kesan adanya perubahan – perubahan degeneratif.. Pada pemeriksaan USG tampak mioma uteri dengan ukuran 3,7 x 3,4 x 4 cm.
2.   

Tindakan pembedahan merupakan alternatif yang terbaik untuk pengangkatan mioma.Operasi dilakukan jam 10.30 wita dan selesai 11.30 wita ditemukan jenis mioma submukosum  berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus
3.    Sebab pasti belum diketahui, mioma uteri lebih sering didapati pada wanita nullipara atau kurang subur dari pada multipara, faktor keturunan juga memegang peranan penting. Korelasi antara pertumbuhan-pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri.
4.    Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.”M” mulai dari pengkajian sampai tahap akhir tidak ditemukan adanya hambatan karna adanya kerjasama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik.
B.   Saran
1.  Apabila seorang wanita mengalami perdarahan diluar siklus menstruasi dan mengalami nyeri abdomen bagian bawah, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.Penegakan diagnosa untuk mioma uteri ditunjang dengan pemeriksaan USG. Pengkajian data juga harus dilakukan lebih dalam dimana petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada ibu dan keluarga agar ditemukan data yang akurat, baik itu data subjektif maupun objektif, karena dalam menentukan diagnosa sangatlah penting untuk menentukan tindakan selanjutnya  
2.    Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan, diharapkan senantiasa berupaya untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih profesional.
.

















DAFTAR PUSTAKA
Anonim (http://www.scribd.com/online/Makalah-Mioma-Uteri, tanggal 27 Agustus 2012
Manuaba, I.B.G 2010, ilmu Kebidanan penyakit Kandungan dan KB untuk pendidikan Bidan, penerbit buku Kedokteran EGC. Edisi II jakarta
Fakhruddin, E,(http://www.emirfakhruddin.com/2010/02/mioma-uteri.html) diakses tanggal 30 Agustus 2012

http://www.penelitianwho@yahoo.com diakses tanggal 13 Juli 2012
Data rekam medik RSUD Haji Makassar, 2010 / 2011

Winkjosastro.H  2009.ilmu Kebidanan .Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Edisi IV. Jakarta

LieweIIyn.j  2002. Dasar-dasar Obsestri dan Ginekologi.Yayasan joko suyono. Edisi VI.Jakarta

Manuaba, IBG 2001. Kapita Selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Penerbit buku kedokteran  EGC Jakarta

Mansjoer, A dkk, 2001. Kapita selekta kedokteran. Penerbit Media Aesculapius, Jakarta.

Simatupang, E.J, 2006. Penerapan unsur – unsur manajemen dalam praktek kebidanan. Awan indah. Jakarta

1 komentar:

  1. Harrah's Resort Atlantic City - MapyRO
    The casino floor 안동 출장마사지 features nearly 600 광양 출장안마 slot machines and more than 2,500 김천 출장샵 slot machines 서귀포 출장마사지 and more than 1,600 table games. Casino. Casino Resort. 강릉 출장마사지 Atlantic City. Casino Resort.

    BalasHapus